Welcome to Enchephelon, this is my central nervous system

Minggu, 19 Desember 2010

The drunk driver had taken all this away from him.

I was walking around in a Carrefour store, when I saw a cashier hand this little boy some money back. The boy couldn’t have been more than 5 or 6 years old. The cashier said, “I’m sorry, but you don’t have enough money to buy this doll.” Then the little boy turned to the old woman next to him: ”Granny, are you sure I don’t have enough money?” The old lady replied: ”You know that you don’t have enough money to buy this doll, my dear.” Then she asked him to stay there for just 5 minutes while she went to look a round. She left quickly. The little boy was still holding the doll in his hand. Finally, I walked toward him and I asked him who he wished to give this doll to. “It’s the doll that my sister loved most and wanted so much for Christmas. She was sure that Santa Claus would bring it to her.” I replied to him that maybe Santa Claus would bring it to her afterall, and not to worry. But he replied to me sadly. “No, Santa Claus can’t bring it to her where she is now. I have to give the doll to my mommy so that she can give it to my sister when she goes there.” His eyes were so sad while saying this. “My sister has gone to be with God. Daddy says that Mommy is going to see God very soon too, so I thought that she could take the doll with her to give it to my sister.” My heart nearly stopped. The little boy looked up at me and said: “I told daddy to tell mommy not to go yet. I need her to wait until I come back from the mall.” Then he showed me a very nice photo of him where he was laughing. He then told me “I want mommy to take my picture with her so she won’t forget me. I love my mommy and I wish she doesn’t have to leave me, but daddy says that she has to go to be with my little sister.” Then he looked again at the doll with sad eyes, very quietly. I quickly reached for my wallet and said to the boy. “Suppose we check again, just in case you do have enough money for the doll?” “OK,” he said, “I hope I do have enough.” I added some of my money to his without him seeing and we started to count it. There was enough for the doll and even some spare money. The little boy said: “Thank you God for giving me enough money!” Then he looked at me and added, “I asked last night before I went to sleep for God to make sure I had enough money to buy this doll, so that mommy could give it to my sister. He heard me!” “I also wanted to have enough money to buy a white rose for my mommy, but I didn’t dare to ask God for too much. But He gave me enough to buy the doll and a white rose.” “My mommy loves white roses.” A few minutes later, the old lady returned and I left with my basket. I finished my shopping in a totally different state from when I started. I couldn’t get the little boy out of my mind. Then I remembered a rumor two days ago about a next door family, there is a drunk man in a truck, who hit a motor cycle occupied by a young woman and a little girl. The little girl died right away, and the mother was left in a critical state. The family had to decide whether to pull the plug on the life-sustaining machine, because the young woman would not be able to recover from the coma. Two days after this encounter with the little boy, I hear a rumor again that young woman had passed away. I couldn’t stop myself as I bought a bunch of white roses and I went to the funeral home where the body of the young woman was exposed for people to see and make last wishes before her burial. She was there, in her coffin, holding a beautiful white rose in her hand with the photo of the little boy and the doll placed over her chest. I left the place, teary-eyed, feeling that my life had been changed forever.. The love that the little boy had for his mother and his sister is still, to this day, hard to imagine. And in a fraction of a second, a drunk driver had taken all this away from him.

Kamis, 16 Desember 2010

Ingin Terulang... ^_^



Baru Sehari Terlewati, Ketika kita bertemu walau cuma 2 jam. =) Dan Kamu harus kembali menaiki Burung Besi itu.
Baik Baik Disana Ya.
Ah... Jarak Jangan Bertambah

Selasa, 14 Desember 2010

Yang kini kamu dan aku tahu butuh banyak waktu untuk kita bisa jadi satu, melebur seperti tanah liat yang ditemplok sesukanya untuk menakar seberapa banyak sebelum dijadikan sebuah guci.

Sabtu, 11 Desember 2010

Best Friend Ever...

Saya Bukan Orang yang Punya Banyak sahabat. Sampai saya 17 tahun ada di dunia ini, saya cuma punya 2 Sahabat. dan keduanya sama sekai tidak berhubungan. :)
kali Ini saya mau menceritakan satu sahabat saya, Yang satunya nyusul :p CITO soalnya !
Sahabat saya yang ini sudah menikah , tepat 1 tahun yang lalu, ketika dia umur 20. dan hidup dengan suami nya dan 1 anak jagoannya. Setelah menikah, dia pindah ke Jakarta. Yang sempet bikin kita sama sama sesenggukan, :( detik detik menjelang pernikahan dia adalah detik detik tersusah dalam sejarah persahabatan kita.
Entah dari mana awalnya kita saling kenal, Saya sudah lupa. Itu sudah bertahun tahun lamanya.
Entah sejak kapan awal kita saling komunikasi di telp berjam jam lamanya, bahkan disaat saya Lagi Insomnia, dan telp dari jam 9 sampe Shubuh, bahkan terkadang kita tertidur dengan handphone yang masih menyala :) I really miss that moment.
Tak terhitung berapa kali dalam sehari kita komunikasi, bisa sampe 20 kali, dan sekali telp paling sedikit 30 menit dan rekor terlama kita 9 Jam telpon Non stop :p .
Bayangkan apa yang bisa diomongin dalam 9 Jam. Mungkin dengan orang lain saya akan bosan, tapi entah dengan dia ada aja bahan omongan, dan rupanya dia berpendapat seperti itu juga dengan Saya.
Belum lagi kalo kita Jalan Bareng dan Ketemuan. Selalu aja ada hal Konyol, yang sampe sekarang masih ngebuat saya Ketawa. Ada banyak kenangan dengannya.
Di saat bersahabat dengannya, ada banyak "hujan" yang datang dan pergi. Begitu juga dengannya. Dan yang lucu adalah bahwa Saya selalu membenci Pria yang ada dihidupnya, dan begitu juga dengan dia selalu menemukan bahan untuk mengomel dan memarahi Pria saya saat itu. Mungkin kita sama sama Jealous, Kita sama sama takut dengan adanya Pria yang ada di hidup Kita akan semakin mengurangi kedekatan kita.
Saya mengalami banyak kejadian dengannya, Kita bahkan punya 1 musuh yang sama :)
diawali dengan Kakanya yang meminta saya untuk menjadi orang special di hatinya, sedangkan saya yang saat itu dilema dan tidak bisa begitu saja menerima dia, ada perasaan canggung antara saya dan sahabat saya, walaupun dia pengertian dengan saya yang waktu itu sudah dimiliki oranglain, Ternyata. Musuh kita akhirnya memiliki hubungan khusus dengan kaka sahabat saya. ( Dan Ini, sampai sekarang ) Saya lupa kenapa saya dan sahabat saya tidak suka dengan cewe ini, mungkin karena dia iri dengan persahabatan kita jadi dia berusaha menghancurkannya, dan yang kedua dia tidak suka pria yang dicintainya pernah menyukai saya.
Masalah yang kita lalui lebih banyak dalam masalah cinta :) beberapa kali saya bermasalah dengan pria saya waktu itu, dan dia yang selalu men support ( untuk Putus :D ) dan begitupun dengan saya, kami benar benar sedih apabila ada diantara kami yang memiliki Pacar. So sweet ya
Saya sering main kerumahnya, begitu juga dengan dia. Dirumah kita bisa main apa aja, heheh tapi waktu emang terasa cepat kalo bersamanya, Kita masak masak, bikin makanan baru, Ketawa, yah pokonya banyak lah. Satu kata yang selalu muncul saat mengingat persahabatan kita adalah Tawa :)
Kita suka ke Pesta bareng, karena kita emang sama suka pesta, dari mulai Sunatan, :D, Lepas Lajang, Wedding dll. and we always Rock the Red Carpet. ;)
Bersahabat dengannya seperti memiliki saudara perempuan, saya bahkan sudah menjadi bagian dari keluarganya begitupun dengan dia.
Kita dulu punya khayalan, tidak ada satupun dari kita menikah tanpa satunya menikah :D bahkan kita merancang satu pernikahan yang Indah dengan 2 Pasangan.
Bahkan kita ngebayangin rumah kita nantinya sebelahan, jadi walaupun kita menikah kita tetep akan deket.
Tapi rupanya, jodoh untuknya datang. Dia yang emang lebih tua dari saya harus menikah duluan
ketika dia dilamar Pria, saya adalah yang terakhir tau :)
bahkan saat itu dia sempat bimbang, dia ingin menepati janji dengan saya :) Konyol ya.
Tapi tentu saja, saya merelakan :p ( kaya apaaa ajaaa.. ) tapi emang iya, berat bgt. Saya merelakan dia dengan orang yang sekarang menjadi suaminya. Untuk pertama kali Saya berusaha menerima dan menyukai kehadiran orang yang akan menjadi calon suami sahabat Saya.
Detik detik menuju pernikahannya adalah detik detik tersusah di Persahabatan kita.
Wajar emang, apabila keraguan akan datang seiring pernikahan, dia meragu dengan pria yang akan menjadi suaminya. Saya bekerja ekstra keras, untuk membuat pikirannya On the track, dan tidak ke Pria lain :( .
Di detik detik pernikahannya, Saya Jatuh Sakit.
saya Opaname di Rumah sakit, dan dari cerita orangtua saya, dia menangis dan mengajak saya Ngobrol dan bercanda di samping tempat tidur saya, walaupun saya yang saat itu sedang "tidur panjang" tidak akan menjawab obrolannya.
Suami nya pernah bercerita dengan Saya, disaat saya sakit, disaat itu dia pertama kali sangat jealous dengan saya, begitu besar efek saya di hidup sahabat saya, dia bisa begitu hancur mendengar kabar saya sakit, bahkan dia sempat bertanya " Apa nanti di saat Saya sakit Kamu akan menangisiku seperti Ini ? "
Di hari pernikahannya, saya masih sakit, walaupun sudah enakan sih, Saya merengek rengek dengan oranngtua saya agar saya dapat ikut di pesta nya.
Saya melihatnya :) memakai baju ala eropa itu, warnanya putih. Indah. dan disampingnya ada seorang pria yang akan menemani dia selamanya. Saat itu emosional sekali.
Dan ketika saya memberi selamat dengan dia dan suaminya, kita sempat menangis, :) dan dilihat dengan beratus ratus pasang mata di gedung itu.
Persahabatan itu masih ada sampai sekarang, sampai kapanpun, akan abadi. Hanya saja Porsi saya sebagai sahabat sudah menjadi Bagian kecil dalam hidupnya. Dan saya menyadari itu :)
Jadilah saya sendiri, tanpa sahabat. :) hanya ratusan bahkan ribuan dan saya harap akan menjadi Jutaan teman.
Tidak ada lagi telpon 9 jam bersamanya, tidak ada lagi ocehan ocehan lucu yang akan selalu saya bagi dengannya, tidak ada lagi Helda dan Sahabatnya yang selalu ada di Party. Tidak ada lagi orang yang menelpon tengah malam kadang menangis karena sedang ingat dengan Papanya yang sudah tiada, Tidak ada lagi orang yang selalu menjadi teman dalam merayakan Valentine dan Ulangtahun selain dia, bukan malah dengan pria saya waktu itu.
Saya Kangen.
Dan Saya Yakin Pria yang kamu pilih untuk menyempurnakan Sunnah Rasullah akan menjadi teman Hidup selamanya.
Dan semoga Jagoan mu :) akan menjadi anak yang sholeh dan berbakti, berguna bagi orang banyak. Dan semoga Akan ada langkah langkah Comel Lainnya yang segera mewarnai lantai rumahmu yang jauh disana.
Saya Kangen Sahabat.... :'(
Saya Telpon Kamu sekarang ya....

Calling.....
Lovely Sista

Selasa, 07 Desember 2010

Ya Allah...
Dengan Segala Rasa Sakit dan Ketakutan
Aku Yang Hina Ini Merindu Mu.
Di Malam yang terasa dingin dan Mencekam.
Gemetarnya semakin Hebat Ya Allah...
Peluk Aku .. Seharian.
Hingga Rasa Takut dan Sakit Ini hilang.
Jangan Lepaskan aku dari Pelukmu,
Hingga Sampai nanti Tiba waktunya
Dimana Aku akan pergi untuk berada di sisimu

Akhirnya Setelah Beberapa Tahun yang panjang, Aku Sempat Mengira, Sehelai Daun yang bertahan di Pohon itu takkan pernah gugur, Bahkan Aku berharap ranting disebelahnya akan Kembali ditumbuhi.
Tapi rupanya, Hati Bisa Salah.
Helai Daun Terakhir itu Jatuh.
Gugur Sudah Daun Maple...

Minggu, 05 Desember 2010

"Dari Dulu Saya Tidak Pernah Percaya Bahwa Orang Indonesia itu Ramah.
Mereka Itu Rasis."

Jumat, 03 Desember 2010

Chit-Chat

Helda : "Ma, Kenapa anak anak harus sekolah TK? "
Mama: " Ya Supaya Pinter, Supaya Punya Temen "
Helda : " Apa itu Teman ? "

Obrolan ini terjadi Ketika kira-kira saat Saya mau Sekolah TK. Disaat Saya diberi kebebasan untuk memilih dimana saya akan bersekolah :) , Iya.. Dari kecil saya memang dibiasakan untuk memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan Saya. Yah diberi Pengarahan sih. Tapi Ujungnya tetap saya dilibatkan untuk memilih. Saya Bersyukur memiliki Orangtua seperti Orangtua Saya.

Saya suka membaca, suka menulis, bahkan sebelum masuk TK. Tapi Semangat sekolah Saya tidak seperti anak kebanyakan yang excited bgt waktu masuk TK.
Heheh Bisa dibaca sendiri dari dialog tadi, Saya yang dulu adalah orang yang Independen berusaha untuk mengerjakan semua sendiri, tidak perduli teman, Atau emang tidak punya teman :p . Saya tidak pernah main diluar bersama teman-teman. Saya tidak Suka. Bahkan Mama Papa saya mengundang beberapa anak temennya untuk bermain dengan Saya di Rumah. Saya Yakin Rumah Saya adalah Rumah Impian buat anak kecil manapun, Saya punya berbagai jenis mainan, Bahkan Sampai sekarangpun masih tersimpan Rapi ( Bahkan ada Berpuluh puluh yang Masih tersimpan di Dusnya dan belum pernah dimainkan ) . Saya Punya aturan sendiri dengan Mainan Saya, Saya hanya memainkan sebagian, sisanya saya simpan. begitu juga pada buku buku, Saya Mengatur nya menurut Urutan Abjad judulnya. Semua Barang Saya memiliki Nama, Dan nama yang berbeda tiap Barangnya. Lil bit Weird ya. =D . Itu sudah Saya lakukan semenjak Kecil.
Ketika Saya kecil, Saya penyendiri, tanpa teman, Saya anti Sosial, Saya tidak suka main diluar, Saya Nyaman dengan Kastil saya. Bermain sendiri. Karena Undangan mama papa, anak temen mereka suka main dirumah, Saya terpaksa. Saya sih sebenernya tidak suka.
Kenapa? karena mereka merusak aturan saya. Setiap mereka kerumah mereka menghancurkan aturan buku saya. Membuka semua mainan yang saya simpan baik baik, merusak dusnya. saya Bahkan beranggapan mereka itu Monster. =D Dengan sok dewasanya Saya mengatakan " Mereka bertingkah seperti Anak Kecil " hahahaa....
Sifat saya yang angkuh, Independen, dan Sombong ini baru muai berkurang ketika masuk SMP.
Bahkan sampai sekarang saya merasa sifat sifat ini masih ada, cuma terkurung di dalam :)
Saya Lebih suka mengerjakan tugas sendirian dari pada dengan kelompok. Kalau ada tugas kelompok pun, pasti Saya kerjakan sendiri.
Saya Males Buat main diluar, saya lebih suka pergi sendiri, atau bersama teman. Saya jarang curhat dengan teman, berusaha sedikit mungkin menyimpan rahasia dengan mereka.
Tetapi tetap membuat mereka merasa dekat dan Merasa Memiliki Rahasia Saya, Percayalah.. yang kamu ketahui tidak sampai 25% dari semuanya.
Walaupun begitu, Teman tetap penting menurut Saya. Memuaskan hasrat Sosial Saya.
Hanya saja, Saya tidak suka terlalu diatur, dan terlalu banyak orang mengetahui masalah pribadi saya. Saya hanya akan menceritakan sesuatu sesuai porsinya .

Beberapa orang mengatakan Saya Terlalu dewasa untuk anak seumuran saya.
Saya hanya mengatakan Saya dewasa karena Keadaan, karena semua peristiwa yang pernah terjadi dengan Saya.
Yah, katakan saja saya orang dewasa yang terjebak dalam tubuh gadis muda

Senin, 29 November 2010

Postingan Setengah Melek

Ini jam satu lebih enam menit dan saya belum sedikitpun sempat memejamkan mata dari semalam. Jadi, mumpung bisa, sebaiknya saya buru-buru memulai menulis topik yang masih anget-angetnya muncul di dunia sana, dunia nyata.

***

POLITIK
Empat atau lima tahun lalu Menteri Keuangan mulai membuat sebuah sistem baru dalam rangka memperbaharui sistem kerja yang lama di lingkungan pelayanan publik. Sistem inilah yang dikenal dengan reformasi birokrasi. Jangan pernah bertanya bagaimana jalannya birokrasi pelayanan publik pada akhir tahun sembilan puluhan karena jawabannya tidak pernah terdengar menyenangkan. Dengan sistem reformasi birokrasi, Menteri Keuangan berharap banyak untuk meningkatkan taraf pelayanan para birokratnya, dan sebagai 'kelinci percobaan' dan sekaligus 'role model' maka Menteri memilih kementeriannya sendiri sebagai instansi pertama yang menerapkan sistem reformasi birokrasi, Kementerian Keuangan.
Pada dasarnya, tujuan mulia dari sistem ini adalah memberantas praktik korupsi yang telah melegenda. Untuk itulah berbagai sub-sistem dibentuk, mulai dari remunerasi -peningkatan gaji dan tunjangan; sistem pengawasan terpadu yang lebih efektif; hingga pemecatan di sana-sini. Dan begitulah adanya, sebaik-baiknya tujuan dari dibuatnya suatu solusi, masih lebih kalah baik dari pandangan subjektif media massa. Kata pepatah: jatuh nila setitik, rusak susu sebelanga.
Beberapa tahun yang lalu kejadian demi kejadian beriringan dan berkesinambungan dimulai, berawal dari krisis Global melanda dunia, tindakan preventif di bidang perbankan oleh Menteri Keuangan yang menyebabkan dimulainya babak baru perang urat syaraf antara kepentingan para politisi featuring media massa melawan pemerintah; upaya pemakzulan kepala negara; perang dingin kadal vs godzilla; pencoretan beberapa nama aparat; kriminalisasi ketua penegak hukum baik-baik; upaya pelengseran Menteri Keuangan terbaik dunia melalui sistem politis; tindakan frontal para barisan sakit hati; terbukanya rahasia makelar kasus; hingga terakhir santer disorot adalah adanya lulusan STAN yang menjadi tersangka kasus makelar pajak. Media berperan besar di sini sebagai alat propaganda dengan 'ilmu menyambung-nyambungkan' sehingga memecah belah simpati masyarakat awam kepada pemerintah. Ya, medianya sendiri, yang dimiliki oleh politisi itu sendiri, belakangan kita tahu terkena karmanya lewat kasus wawancara makelar kasus Palsu.
Ah, saya tidak akan berkomentar lebih banyak tentang kasus demi kasus yang terjadi itu. Saya hanya menyayangkan dan terus menyayangkan saja mengingat peran media akhir-akhir ini justru terlalu memojokkan masyarakat seakan dipaksa mengkonsumsi asupan subjektif yang terlalu sempit sudut pandangnya. Sudah banyak bukti bahwa masyarakat mulai teracuni. Tengoklah facebook. Di sana anda akan menjumpai beratus-ratus group dengan tema yang sama: Gerakan satu juta facebookers bla bla bla. Omong kosong semuanya!

***

FACEBOOK
Masih mengenai group di facebook, saya kebetulan menemui sebuah group bernama Tolak Penghapusan Remunerasi bla bla.
Entahlah, saya hanya kurang sreg dengan wallpost yang banyak diposting oleh anggota group tersebut juga dengan deskripsi dan latar belakang dibuat group tersebut. Di sana banyak tertulis bahwa 'Penghapusan Remunerasi hanya akan menyebabkan korupsi semakin besar kembali' atau 'Tolak Penghapusan Remunerasi agar kinerja tidak menurun.'
Sekali lagi, entahlah, di otak saya -yang cetek ini- saya rasa nggak ada soal apa mau remunerasi atau tidak kinerja harus tetap baik, berhenti praktik korupsi jangan kambuh-kambuhan. Memang sih saya nggak tau persis gimana dunia kerja sesungguhnya. Saya ini apa? Cuma anak SMA yang ilmu baru setengah setengah yang terlalu bersemangat dan tidak realistis. Oh ya memang. Tapi kalau saya fikir 'kalau gaji turun lalu korupsi berkembang dan kinerja menurun berarti yang salah bukan gajinya tapi orangnya', apa saya salah?
Ah, mungkin, sekali lagi, saya tidak realistis saja. Terlalu idealis. Minoritas. Terserahlah!

***

GOSSIP
Dan begitulah masih segar di ingatan ketika Tiba-tiba vokalis sebuah grup band ternama mengadakan sebuah acara pengakuan di seluruh stasiun tivi swasta yang menayangkan acara gossip siang lalu sekonyong-konyong dengan cengengesan dan wajah dibuat sok merasa lega dia mengaku dengan bangga dan bersemangat bahwa dia saat dalam keadaaan mabuk telah membuat bunting seorang perempuan pemakai narkoba yang kemudian melahirkan seorang bayi.
Yeah, bukankah dia adalah sosok artis yang bertanggung jawab, sodara-sodara? Jadi tunggu apa lagi, tirulah sikapnya. Berzinalah dengan seorang yang mau diajak berzina, lalu beberapa saat kemudian saat bayi hasil perzinahan itu telah lahir, buatlah semacam konferensi pers kecil-kecilan, dan mengakulah anda telah melakukan perzinahan secara suka sama suka dalam pengaruh minuman keras. Dan yak, selamat anda berhasil menjadi fans yang baik dan tenanglah, tidak akan ada yang merajam anda sampai mati seperti sebagaimana seharusnya.

***

TWITTER
Mengutip isi tweet Pandji Pragiwaksono, saya menemukan sebuah pemikiran yang inspiratif dan positif. Intinya adalah, 'Jernihkan pikiran anda semua, mari mulai mencintai negeri ini. Jangan malu memiliki negeri dengan sejuta hal yang patut dibanggakan ini.' Mari mulai bekerja secara positif dimulai dari kita sendiri. Yang mahasiswa, jangan sering demo menuntut pejabat korupsi dicopot kalau nyatanya masih suka terlambat datang kuliah. Yang karyawan, jangan suka menyindir Undang-undang segala macem kalau ternyata sendirinya masih suka nerobos lampu merah. Yang bakul beras, pedagang kecil-kecilan, nggak usahlah suka berisik di warung kopi soal pegawai pajak makan uang rakyat kalau sampeyan masih nakalin timbangan saat berjualan. Dan yang nulis tulisan ini, mungkin sebaiknya melakukan terlebih dahulu semua yang dituntutkan kepada pembacanya.


**ngulet lalu tidur**

Sabtu, 27 November 2010


Currently missing one of my best friends.
we were a good friend.
we met each other every day.
Sleep and Play together.

but suddenly,

something strange happened.
until today i don't even know what was really happened.

all i know now is

my best friend is gone.


*Gamael, I Miss You :'( A lot....




Kamis, 11 November 2010

Blurred..

saya bukan menyerah, saya hanya berhenti berusaha. Saya akan berhenti memaksakan diri. Bahwa tubuh saya sudah tidak kuat lagi menyangga keinginan saya.

Saya tahu, itulah saatnya saya harus berhenti.

Kamis, 04 November 2010

Terlalu Singkat


bagiku malam ini hujan turun terlalu sebentar.
seperti sekejap mata saja. ini tidak berhubungan langsung dengan obsesi, hanya soal rindu bertautan dengan udara lembab sejuk yang dibawanya turun membasahi tanah yang sepenuh mati mendamba rintiknya.
dan sungguh sangat memukau bagaimana aroma kerinduan tanah pupus perlahan disibakan tirai air rapat itu.
begitu pelan dan membungkam.
aku iri pada tanah, aroma rindu yang terselesaikan adalah akhir dari debunya yang belakangan sering mengepul bersama pijakan kakiku disiang hari. maka yang tersisa wangi kasih semata di permukaannya, dilepasnya hujan dengan tanpa berhenti memeluk sisa genangan air yang dia tinggalkan.


aku iri pada tanah itu, yang telah mampu melepas segala amburadul rindunya pada tetes air yang akhir-akhir ini mengunjunginya dengan tempo waktu yang nyaris sama. malam gerah, setiap hari, pada jam yang berdekatan.



aku iri pada tanah itu, yang mampu menyimpan rindunya dengan sedemikian baik di musim kemarau. menguatkan diri sebanyak hitungan waktu yang dilaluinya dengan sabar, dengan diam, dengan bertahan tanpa mengirimkan isyarat rindu.



kalau saja aku bisa menyimpan rinduku sedemikian rapat seperti tanah. maka pecahan kata ini tidak akan pernah sampai terbaca.

oleh kamu.

dan kepada kamu... rindu itu diakhirkan, diperuntukkan.

Jumat, 29 Oktober 2010

3 hari Bedrest....


Ya , sudah dari hari Kamis saya bedrest. absen dari segala aktivitas padat, walaupun awalnya saya sudah memiliki tekad bulat buat tetap menjalankan aktivitas seperti biasa disaat tubuh lagi ngambek, tapi tetep aja, rupanya pengaruh orangtua lebih besar dihidup saya.
3 hari ngapain aja? heh.. kaya jadi kambing congek yang mo ngelahirin, ga ngapa-ngapain >,< rasanya paru paru, jantung, usus, hati, lambung dan semua organ tubuh saya berteriak "Rasain, belagu sih, dasar bodoh" Harusnya saya tahu tidak memaksakan kondisi dan ability untuk mencapai obsesi dan ambisi saya. 3 Hari bedrest cukup membuat orangtua saya panik, Entah kenapa setalah kejadian yang menimpa saya 2 tahun lalu membuat mereka jadi gampang panik dengan kondisi saya. Saat saya disekolah, mereka selalu texting saya untuk sekedar mengingatkan apa saya sudah makan dan bukan makan makanan yang aneh aneh ( tau sendiri, makanan di sekolah seperti apa. Ma,Pa. helda tidak suka makanan seperti itu )
Lucunya kepanikan itu tidak mendera orangtua saya saja, tapi juga sahabat, teman, keluarga, bahkan guru saya. sahabat saya akan amat panik kalau saya terlihat pucat, panas, atau keringetan. Mungkin kulit saya yang sedikit terang yang membuat dia salah paham dan menganggap itu pucat. Guru saya akan panik ketika saya sering ke UKS, dan meminjam minyak kayuputih. Padahal Saya hanya menggunakannya untuk menghilangkan gatal dikulit saya karena gigitan semut.
3 Hari bedrest ini, saya jadi sering mendengar " I'Ve told You Hel... " dari mulut orangtua saya. hanya saja kata kata dibelakangnya berbeda beda. seperti, jangan kecapean, jangan telat makan, jangan tidur malem malem, jangan banyak tingkah dll.. Iya ma pa,, helda tau. helda salah, helda cuma jenuh aja ma, helda cape. gimana bisa disaat semua tetap sama, sedangkan hanya helda saja yang berubah?, gimana bisa semua berubah begitu cepat? .
Ok, Next Topic.
Kemarin saya menerima Rapor, Ini suatu kelegaan buat saya karena papa yang mengambil rapor saya. Bukan mama. Mengambil rapor ala Papa, adalah datang kesekolah, bertemu wali kelas, basa basi sebentar, lalu pulang. membaca rapor saya dirumah, dan memuji saya, tidak peduli ada berapa nilai 7 disana. :)
beda dengan mama. Menerima rapor ala mama adalah berjam jam dihabiskan untuk membicarakan saya didepan walikelas. Mama akan membuka rapor saya didepan walikelas saya, membaca satu persatu nilai nilai disana, sambil menanyakan pertanyaan yang amat-sangat-tidakpenting-sekali. seperti " Apa helda suka usil disekolah? " Yang akan di iyakan dengan guru saya " iya bu, helda itu jail, usil tidak bisa diem blablablabla " Tipe pertanyaan lainnya adalah "Apa helda suka nakal? " Yang bukan hanya dijawab tapi juga di tunjukkan kartu pelanggaran saya, seperti dengan pedenya saya memakai seragam hitam di hari senin yang seharusnya berseragam putih putih, atau memakai baju biru di saat harusnya memakai baju pramuka :) bayangkan bagaimana mencolok nya saya, mungkin karena itu saya sangat dikenal disekolah, bahkan saya sering menemui adik kelas yang sok kenal, bahkan ada beberapa teman yang ngiri, ketika jalan dengan saya di sekitar sekolah, dan banyak sekali yang sekedar menyapa, padahal tidak satupun yang saya kenal. Bukannya saya lupa dengan aturan jadwal seragam disekolah, saya cuma ingin beda, kenapa? karena saya bosan terlihat sama, dan alasan lainnya adalah melawan aturan terkadang sangat menyenangkan :) ( yang ini jangan ditiru, big no no... ) Kemudian mama saya pasti nanya apa saya suka ngomong di kelas, suka mengkritik , ( padahal ini sudah jelas, dari mana saya mempunyai bakat cerewet ) yang kemudian akan langsung di iyakan lagi dengan guru saya " Iya bu, helda itu suka nyeletuk blablablabla"

Please deh ma.. pertanyaan pertanyaan ini tetap sama dari mulai awal saya sekolah, dari mulai saa TK. Udah tau kan, kenapa saya selalu worried kalau mama yang ambil rapor.
Saya bahagia dengan rapor saya. ada empat nilai 10. Iya, 10 di rapor... empat lagi... :) biasanya cuma 1 atau 2, itupun jarang. dan yang lainnya 9 dan 8 ada sih yang 7 :( tapi mata pelajaran tertentu saja, yang emang sama sekali tidak saya suka. Ternyata tidak sia sia saya mati matian belajar. :)
-Ok, yang ini abaikan :) -
Harusnya, banyak yang bisa saya lakukan selama 3 hari bedrest ini, saya sudah membuang 3x24 Jam saya :( saya bisa setidaknya menulis meneruskan cerita yang saya tulis yang sekarang sepertinya sudah mulai berlumut di harddisk, saya memang ingin menerbitkan, tapi bukan itu tujuan saya menulis dan menyelesaikannya, hanya karena beberapa orang yang curang dengan alibi meminjam lappie saya untuk sesuatu yang amat-sangat penting diam diam membaca tulisan itu memaksa saya untuk menyelesaikannya :), saya memang ingin melihat tulisan saya di rak rak toko buku, tapi lagi lagi saya berfikir, saya tidak mau menodai hal hal yang saya suka menjadi keharusan karena menggantungkannya sebagai profesi.
Saya tidak pernah akan menjadikan menulis sebagai profesi. Kalaupun buku saya diterbitkan saya tidak akan menuliskan nama saya sebagai penulis ( ini sudah saya terapkan di Mini book saya, tidak harus ada yang tahu siapa penulisnya :) ) Kalau bisa biar tempat nama penulis biasa ada saya kosongi dan bisa dituliskan nama siapapun disana, mungkin yang membaca buku saya bisa menuliskan namanya disana. Terserah, saya bahkan tidak keberatan ketika tulisan saya di copy dan di akui oleh orang lain, menurut saya itu tidak penting, bukannya yang penting adalah perasaan kita ketika menulis. Ya kan ?
3 Hari bedrest ini, harusnya saya sudah bisa merombak kembali blog saya. ya saya mau mengganti dekorasi nya, tapi tidak tahu mengapa, masih males :P banyak yang protes dengan latarnya yang hitam. katanya ngerusak mata . Apa iya ? :) trus diganti apa dong ?
sudah dulu ya..
Oya satu lagi...
mungkin alasan Saya menulis hanya karena suatu saat nanti ketika saat saya tiada, saya bisa meninggalkan sesuatu, meninggalkan jejak, dan membuktikan bahwa saya pernah ada, didunia ini, walaupun cuma sejenak.

di posting ini Saya melampirkan pic, buka hitam putih seperti biasanya. :) untuk menggambarkan rindu saya pada biru dan asinnya air laut. Mungkin, saya akan kembali menjadwalkan untuk mendatanginya lagi, dalam waktu dekat.

Happy WeekEnd.
-Hibernate-

Rabu, 27 Oktober 2010

Tunggu Ya..


Terlepas dari entah kamu apakan semua surat yang kualamatkan kepadamu, ternyata aku sudah melepas harapan menerima balasan yang datang bertuliskan namamu, bahkan menerima pengembalian surat-suratku.. paling tidak itu tandanya kamu pernah membacanya, bukankah aku bisa tahu dari bentuk amplop itu? Apakah masih amplop yang kukirimkan, atau kamu sudah menggantinya? Ataukah masih dalam keadaan licin bersih, pertanda kamu belum membuka atau membaca. Alangkah sedihnya jika begitu.

Ataukah ini salahku yang tidak juga mampu menuliskan alamat darimana seharusnya surat-surat itu berasal? Yang selalu menyemarakkah harimu di hari senin yang pekat, yang kamu tidak suka itu.

Tidak ada yang cukup istimewa dengan perjumpaan, jadi aku tidak bisa menceritakan apa-apa padamu akan keindahannya. Perjumpaan kita, wanitaku.... hanyalah suatu awal dari lembaran kisah semu ini. Saat aku menerawang menangkap biru langit dari sebuah balkon di suatu tempat, dan kamu yang memaku pandanganku untuk tetap dalam sosokmu. Kamu disana, di bangku beton... dan bukan karena kecantikanmu yang memukau saat itu, wanitaku.. kamu tengah membelakangiku saat itu, aku cuma bisa melihat bidang punggungmu. Aku hanya merasa tengah melihat keindahan yang rapuh. Kamu ada disana, dan aku bisa melihat lembaran bulu sayap tak kasat matamu berjatuhan, dan sayap kirimu melengkung bengkok.. patahkah?

Untuk kemudian aku tersadar ingin membenarkannya, memasangnya ke tempat semula. Tapi rasa takut ini nyata, setiap kali aku dengar kamu bilang "jangan....," pada setiap mulut yang menawarkan untuk membenarkan sayap itu untukmu. "tidak..," katamu dan kamu lantas menepisi tangan-tangan itu, yang memaksa dengan penasaran pada sayapmu akankah bisa jadi kuat lagi dengan usaha mereka?

Baik-baik sajakah kamu, wanitaku? Mengapa selalu sembunyi dari ramai dan dalam sedihmu? Mengapa rasa percayamu terkikis sebanyak itu? Waktu terus berjalan, wanitaku... izinkan aku meniupi tiap duka dari pikiranmu lewat embun yang kamu hirup waktu dini hari, izinkan kukirimkan angin untuk menerbangkan lelehan air matamu yang aku tidak bisa hapuskan.

Sementara aku adalah lelaki yang juga tak sepantas itu untukmu, aku peragu. Ragu untuk memberitahumu yang bahkan tidak tahu bahwa aku bukan hanya hembusan karbondioksida. Tapi aku akan ada, dan dengan banyak cara aku ada.. mencoba mewarnai harimu dengan crayonku. Mungkin cuma segaris dua garis, tapi percaya saja.. aku cukup bergembira mampu menghadirkan tawamu. Semoga aku tidak salah waktu.

Kamu duduk di bangku beton itu lagi disuatu sore yang biru (atau aku yang tak mampu meraihmu maka merasa biru?), kamu menulisi sesuatu.. entah apa dan kukirimkan padamu wajah polos lugu itu, menyerahkan permen loli padamu. Warna merah, semerah pipimu yang dicumbu surya. Aku lihat kamu tertawa mendengar makhluk polos itu berkata, "ini untuk kakak.. diterima yaa.. dari seorang malaikat berhati baik," Ah polosnya, padahal benar.. aku tidak mengajarinya kata-kata itu. Aku hanya memberinya coklat sembari meminta tolong pada makhluk manis itu untuk memberikan permen itu padamu.

Aku juga melihat kamu celingukan, padahal ada aku disana.. menatapimu dalam jarak dekat.. berhasil mengintip pecahan hatimu di tiap lembar yang kamu tuliskan. Menurutmu sejatinya semua wanita itu sama, terlalu teracuni dengan cerita negeri dongeng.. Saat cuma ingin jadi putri, berbaju indah dan sengsara lantas menemukan pangerannya yang akan mengajak dia berdansa atau memainkan biola atau menyanyikan lagu atau membacakan puisi untuk dia, kemudian di akhir cerita dia akan menemukan happy endingnya sebagai seorang putri yang bahagia.

Tapi kamu tidak, kamu yang ternyata juga ingin happy ending tidak butuh pangeran.. kamu hanya butuh seseorang yang berlembut hati dan cukup waktu untuk merasa membuatmu dimengerti, seseorang yang bersamanya kamu tahu bahkan ketika dunia pergi dia akan tetap bersedia ada disebelahmu dan meyakinkanmu : jangan sedih, aku ada disini bersamamu. Seseorang yang tidak banyak berkata tapi merangkai jutaan hal-hal sederhana yang indah untukmu, kamu hanya butuh dicintai tanpa syarat, sejenis cinta yang mengikat tanpa membelenggu, kamu hanya butuh ingin jatuh cinta tanpa berusaha dan tanpa harus merasa perlu memaksa dirimu.. karena bukankah begitu seharusnya cinta? dia hanya perlu mengalir, mengisi penuh hati-hati yang kosong dengan hadirnya bukannya dialirkan melalui pipa-pipa raksasa. Dengan kehadiran tak wajarnya, bukankah hanya akan membuat bendungan hatimu runtuh?

Kamu tertawa saat itu, di depan mataku yang mengamatimu kendati kamu tidak tahu, dan di depan makhluk mungil menggemaskan di depanmu. "Iya.. aku tidak butuh pangeran, aku hanya butuh kehadiran malaikat..," katamu dengan tawa kecil membahana. Kamu tahu, kamu hanya berkata pada dirimu, bukannya membisikkan lewat daun-daun gugur ini kepadaku.

Wanitaku, maharani yang bertahta di singasana bangku beton itu sendirian.. saat itu aku merasa sedih, karena aku tahu aku bukan malaikat yang kamu butuhkan. Jadi kugenggam erat keinginan untuk mulai melangkahkan kakiku ke arahmu, aku berhenti, cukup disini. Maafkan aku, ini belum waktunya. Sungguh ini belum waktunya, jika belum waktunya.. bukankah sesuatu hal tidak jadi indah? Layaknya kuntum mawar yang sudah dicabut sebelum dia sempat mekar. Meskipun aku masih akan menjatuhkan kuntum bunga mawar untukmu, atau es krim yang diantar penjualnya ke tanganmu, atau boneka kodok yang melompat mengejutkan dari kotaknya yang mampu membuatmu tergelak itu.. aku bukan malaikat, aku hanya aku yang berusaha membuat tawamu tak pernah sirna. Sungguh, aku masih menunggu suatu saat kamu akan berujar bahwa sebenarnya kamu tidak butuh malaikat, kamu hanya butuh aku. Dan jika saat itu akhirnya mampu tiba, ketika kamu akhirnya tahu, ketika kamu mengizinkan dirimu tahu, ya saat itu.. izinkan aku menjadi akhir indah yang kamu selalu nanti.

Lagi Lagi mencoba "menulis" dari sisi Pria :)
Malam Ini Bulan terang, langit tak berkabut, tapi tetap tanpa bintang. Bulan tanpa bintang sama saja bohong. Mama masih Ngomel, gara gara Saya yang bela belain maen Baseball, padahal kemarin habis maen basket habis-habisan. Ga kerasa Sudah 1 jam mama ngomel tentang bandel nya Saya, dan Malesnya Saya minum Obat. "Ma, aku bosan lihat Obat, Aku bosan minum obat. "

Senin, 25 Oktober 2010

Kata maaf yang takkan pernah tersampai..


Tuhan, terima kasih telah mengirim dia untuk saya.
dia yang sempurna dengan segala ketidaksempurnaannya.
dia yang nyata dan saya terlambat menyadari kehadirannya.
Dia yang memaafkan, sementara saya yang kesulitan menjaga hatinya agar tak kembali saya hancurkan.
Saya yang merasa tidak pernah bisa melindungi nya dari luka yang saya toreh.
saya yang berulangkali pergi, dan dia tetap disini, menunggu saya kembali dengan tangisan penyesalan, dan ribuan maaf..

Tuhan, terima kasih atas kesempatan ini.
bersama dia yang mengakuisasi hati, menawan pikiran,
yang selalu menjaga saya dari luka.
yang menopang saya dari sedih.
yang selalu ada ketika saya menangis.
yang selalu mendengarkan ocehan dan omelan saya.
yang selalu datang kemudian menangkap ketika saya jatuh.
Tapi, saya ingat semua milikmu, termasuk dia dan kehadirannya
maka jika menurutMu saya tidak pantas bersama nya, tidak pantas memiliki dia dan adanya, ambillah...
dan semoga dia akan lebih bahagia tanpa saya..
kemudian berikanlah saya rasa ikhlas yang bertambah, rasa sabar yang meluap dan rasa syukur yang penuh.
Untuk menerima keputusanmu.

Ternyata menyakiti lebih sakit daripada disakiti...
Maafkan aku ....
Semoga kamu selalu baik baik saja, walaupun tanpa aku disana.
maafkan aku yang mengingkari janji untuk tidak pernah meninggalkanmu..
Maaf..

Kamis, 21 Oktober 2010

Sungguh Lama ... Matahari

Empat tahun itu lama, dia bukan sesuatu yang akan berlalu ketika kita membuka mata dari tidur sepanjang siang. Empat tahun itu lama, bukan waktu yang ku habiskan selama di kamar mandi atau untuk berkutat dengan berjilid-jilid novel, bukan setara dengan waktu yang ku habiskan untuk menghadiri dua puluh empat SKS.

Empat tahun itu lama Matahari, tidak mudah ketika harus berjalan sendirian dengan langkah ragu-ragu dan pikiran menerka-nerka, aku ingin kamu ada. Selalu ingin kamu ada. Kamu tidak tahu betapa gelap aku tanpa kamu yang lembut dipagi hari, berlimpah di siang hari dan menatap dari jauh ketika malam.

Aku ingin kamu tahu, tapi tidak tahu bagaimana cara membuat kamu tahu. Kamu membuat cerita ini selayaknya perasaan yang tidak bersambut. Kamu membuat aku jadi makhluk yang mencoba memaksa jadi optimis, menekuri setiap detikan jarum jam yang membahana dalam hening ini.

Ya, kamu tidak mengerti. Kamu selalu tidak mengerti dan tidak pernah mencoba untuk mengerti akan ribetnya buih serupa air yang kelamaan dibiarkan di atas kompor dan berdiam dalam hati. Kamu tidak mengerti ketakutan-ketakutan itu. Kamu tidak mengerti rasa bersalah yang menggerogoti aku perlahan dan membuat aku jadi semakin tidak berarti. Tentang kamu, tentang bayang-bayang itu, dan berakhir dengan aku.

Semua melebur dalam kata terserah. Ini benar, ketika aku ingin kamu ada sedangkan kamu terlalu jarang ada… kekecewaan itu telah berubah menuju ketidakpedulian. Aku jadi tidak peduli eksistensi dan keadaanmu. Tidak ada yang mesti di pedulikan. Seperti yang pernah kamu bilang, kamu jadi tidak penting, kamu memang tidak penting. Aku membenarkan. Kamu jadi sesuatu yang benar-benar kehilangan arti di mulut tapi menempati porsi paling besar di lorong hati, mungkin aku tidak benar-benar bisa mentarjemahkannya dalam lisan. Aku menyesal karena semuanya jadi memburuk tepat di titik ketika aku ingin mengambil sekrup, obeng, tang dan segala yang dibutuhkan untuk memperbaiki.

Yang aku tahu banyak butuh waktu untuk kita bisa jadi satu, melebur seperti tanah liat yang ditemplok sesukanya untuk menakar seberapa banyak sebelum dijadikan sebuah guci. Ya, kita salah satu dari bahan-bahan itu. Mungkin aku tanah liatnya, mungkin kamu pasirnya… atau apalah.. entah jika diteruskan aku akan jadi semakin sok tahu tentang pembuatan sebuah guci ketimbang perajinnya.

Empat tahun itu lama, Matahari… Dan aku mengurung sebagian diriku dalam diammu, menggembok hatiku setelah mengosongkan dan mengizinkan cuma kamu saja yang masuk di ruang hampa itu. Mencoba berdamai dengan waktu, dengan aku…… dengan kehilangan akan binarmu.

Dikutip dari sebuah Novel ecek-ecek :) Entah berapa belas tahun, atau puluhan tahun lagi bisa di temukan di Rak Best Seller ..