Welcome to Enchephelon, this is my central nervous system

Selasa, 12 Oktober 2010

Efek Patah Hati.


Saya selalu bertanya-tanya kenapa kata ‘sakit’ digabung ‘patah hati’ akan selalu memunculkan inspirasi. Kenapa karya seseorang akan terasa lebih bisa menyentuh pelosok hati kita ketika dia menciptakannya dalam keadaan patah hati atau mengenangkannya atau sesuatu seperti itu ketimbang ketika suasana hatinya tengah bagus dan membuat karya tentang penyanjungan?

Mungkin karena terlalu banyak orang yang pernah patah hati dan tengah mengalami patah hati di dunia tempat kita berjejak.

Saya suka sekali satu puisi Chairil Anwar yang berjudul Tak Sepadan, mungkin saya kurang banyak tahu berapa banyak puisi yang ditulis beliau, tapi saat menemukan kertas kertas virtual berisi puisi-puisinya saya paling suka puisi ini. Bisa ‘menohok’ sekaligus mengobrak-abrik hati kita dengan sekali membacanya.

Aku kira:

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa ahasveros.

Dikutuk sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu pun juga pintu terbuka.

Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena kau tidak akan apa-apa

Aku terpanggang tinggal rangka

~~

Apakah rasa sedih dan sakit sedemikian bisa membius?

Entah bagaimana saya juga menjumpainya pada diri saya, luapan air mata dan kosong yang tercetak tebal dalam hati seperti air yang membludak tak cukup penampung. Seperti butuh banyak penuangan dan pelampiasan, tidak hanya tangis, tidak hanya cerita berjam-jam pada teman kita hingga lelah dan mulut kering kehausan. Maka pelampiasannya adalah bermacam prosa yang memenuhi kertas virtual, menambah beban memori LaVio saya. Bahkan terkadang saya Bisa menulis sesuatu tentang Patah hati, tentang Sakit tanpa harus melakukannya. Hanya cukup mengingat ngingat rasanya :P

Saya ingat dia pernah berkeluh mengenai prosa-prosa dan puisi-puisi yang saya tulis, yang selalu menyiarkan soal orang-orang yang pernah saya cintai dan kemudian menyakiti, dan beberapa orang yang pernah mengisi hidup saya yang akhirnya harus saya akhiri , sangat sedikit yang tentang dia.. yang mengingat soal dia. Contohnya saja ketika melihat hujan turun… saya selalu teringat satu orang dan bukan dia. Saya bilang : entah kenapa selalu lebih gampang terispirasi sakit hati dan pedih yang berkepanjangan. Dia kesal dan bilang entah serius entah karena pengaruh kekesalannya,”kalau begitu biar saya yang buat kamu patah hati, biar kamu ingat saya terus.” Yang akhirnya berakhir dengan Tertawaan saya :)




Ketiadaan ini menyiksaku, saat semua mengarah kepadamu ....

1 komentar: